• slide nav 1

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 1)

    Lopez Casanova terlahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Protestan yang sangat taat ...
  • slide nav 2

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 2)

    Kuliah di jurusan Bisnis Internasional membuat Lopez merasa perlu menguasai bahasa asing ...
  • slide nav 3

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 3)

    Suatu hari, ia kagum dengan teman Muslimnya yang tidak malu berdoa dan shalat di tempat umum...
  • slide nav 4

    Michelle Ashfaq: Jatuh Cinta pada Kesederhanaan Islam

    Sejak kecil Michelle Ashfaq bercita-cita menjadi seorang biarawati. Saat masih kecil, ia menghadiri sebuah kelas pelajaran agama Katolik ...
  • slide nav 5

    Mike Clercx: Mukjizat Alquran Mengantarkannya pada Islam

    Jumat, 29 Juli 2011, tiga hari menjelang Ramadhan 1432 H, Mike Clercx (23 tahun) menorehkan sejarah baru dalam hidupnya. Pemuda berkebangsaan Belanda itu memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. ...
  • slide nav 6

    Tagatat Tejasen: Ilmuwan yang 'Islamkan' Lima Mahasiswa Sebelum Menjadi Muslim

    Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ...

Welcome to Kabarkabri.net

Welcome to Kabarkabri.net
Terbaru dari blog

Delete this element to display blogger navbar

0 Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 3-habis)


Suatu hari, ia kagum dengan teman Muslimnya yang tidak malu berdoa dan shalat di tempat umum, dengan lutut dan kepala di atas lantai. "Sementara, aku bahkan terkadang malu untuk sekadar menundukkan kepala sambil memejamkan mata (berdoa) saat hendak makan di tempat-tempat umum."

Di lain hari, teman Muslimnya kembali ikut serta pergi ke gereja bersama Lopez. Di tengah perjalanan dengan mobil itu, temannya memohon izin memutar CD Alquran di mobilnya, karena ia sedang mempersiapkan diri untuk shalat.

"Agar sopan, aku mengizinkannya. Selanjutnya aku hanya ikut mendengarkan dan menyimaknya," kata Lopez.

Hal yang tidak diduga pun terjadi. Ia masih ingat bagaimana ayat-ayat Alquran yang didengarnya memunculkan sebuah perasaan aneh. Perasaan itu berbaur dengan kebingungan yang tak bisa dijelaskan.

"Aku tidak bisa memahami mengapa diriku bisa mengalami perasaan semacam itu terhadap sesuatu di luar Kristen."

Setelah pengalaman di mobil waktu itu, perasaan takut sekaligus ingin tahu ikut menyergapnya. Ia memutuskan melihat isi sebuah DVD berjudul "The Legacy of Prophet Muhammad (Warisan Nabi Muhammad)."

Usai memutarnya, Lopez menangis untuk alasan yang lagi-lagi tak dipahaminya. Ia mengagumi sosok Muhammad SAW dan belajar tentang bagaimana menjadi umat yang baik dari sosoknya.

Lopez berkesimpulan, kedisiplinan dalam Islam membuatnya menjadi umat Kristen yang lebih baik, dan itu menjadi alasannya untuk terus mempelajari Islam. Keingintahuan Lopez membawanya belajar lebih jauh tentang Islam, dan ia sampai pada konsep monoteisme.

"Aku berhenti sejenak, karena itu seperti sebuah persimpangan. Aku hanya berniat mempelajari kesamaan Islam dan Kristen, sedangkan monoteisme berlawanan dengan konsep Trinitas."

Pada titik sulit itu, ia berusaha tidak terpengaruh oleh siapapun, baik dari kelompok Kristen maupun Islam, sehingga ia memutuskan untuk mempelajarinya seorang diri.
Lopez pun membaca seluruh bagian tentang Yesus dalam Bibel, dan menelaah kata-kata yang dikutip dari perkataan Yesus. Saat itu, ia menyadari bahwa ternyata Yesus mengajarkan monoteisme, bukan Trinitas seperti yang diyakininya sejak lama.

"Di sini aku menemukan bahwa pesan Yesus selaras dengan Islam."

Sampai di situ, Lopez merasa tertipu dengan kecewa. Ia menyadari bahwa segala praktik agama yang diamalkannya bukanlah yang diajarkan Yesus. "Yang terjadi adalah aku merasa dibelokkan dari menyembah Tuhan menjadi menyembah Yesus. Aku menjadi paham mengapa ada bagian dari Kristen yang tidak mempercayai Trinitas."

Selesai dengan penjelasan Bibel, Lopez memberanikan diri meminjam salinan terjemahan Alquran dari seorang teman Muslim yang juga mengajarinya cara shalat. Lopez mulai melakukannya lima kali sehari untuk belajar, karena ia belum menjadi Muslim.

“Setiap selesai, aku berdoa pada Tuhanku agar mengampuniku karena telah melakukan shalat, seolah aku telah melakukan sesuatu yang salah. Ada pertempuran dalam batinku.”

Setelah beberapa lama pergolakan batin itu dirasakannya, Lopez memutuskan berislam. Namun hingga hari penting itu, ia masih menyimpan perasaan takut. Hingga saat menyetir mobilnya, ia berdoa, “Tuhan, lebih baik aku mati dan dekat dengan-Mu daripada hidup selama satu hari namun jauh dari-Mu.”

Lopez berpikir, mengalami kecelakaan mobil lebih baik dialaminya jika menuju Islamic Center San Diego untuk bersyahadat adalah pilihan yang salah. Ia tiba di tujuan dengan selamat dan mengikrarkan keislamannya di hadapan publik.

Jumat itu, 28 Agustus 2008, beberapa hari menjelang Ramadhan, Lopez memeluk Islam. "Sejak itu, aku adalah seorang Muslim yang bahagia, yang mencintai shalat dan puasa. Keduanya mengajarkanku kedisiplinan sekaligus ketundukan kepada Tuhan.

Read more

0 Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 2)


Kuliah di jurusan Bisnis Internasional membuat Lopez merasa perlu menguasai bahasa asing untuk menunjang kariernya di masa depan. Atas saran teman kuliahnya, Lopez mempelajari bahasa Arab.

"Temanku beralasan, negara manapun yang memiliki penduduk Muslim menggunakan bahasa Arab karena itu merupakan bahasa asli Alquran," katanya.

Saat itu, tahun 2006, Lopez mendengar kata “Alquran” untuk pertama kalinya. Di kelas bahasa Arab yang diikutinya, Lopez mengenal banyak mahasiswa Muslim. Mereka umumnya keturunan Timur Tengah yang lahir dan besar di AS.

Kelas pertama yang diambilnya pada 2006 bertepatan dengan bulan Ramadhan. Lopez terkesan dengan amalan puasa yang dilakukan teman-teman Muslimnya. Ia memandangnya sebagai bentuk ketundukan hamba di hadapan Tuhannya.

Lopez pun mencoba berpuasa. Bukan karena tertarik menjadi Muslim, namun semata untuk mengekspresikan ketundukannya sebagai umat Kristen yang taat. "Itupun karena puasa juga ada dalam agama Kristen. Yesus pernah berpuasa selama 40 hari," katanya.

Pada bulan Ramadhan itu, seorang teman Muslim memberinya literatur Islam dan sekeping Compact Disk (CD) yang ditolaknya. Ia teringat ucapan ibunya, "Semua agama yang salah adalah benar menurut kitab mereka." Lopez tak tergoda untuk mengenal Islam, agama asing yang salah di matanya.

***

Musim panas 2008, Lopez bergabung dengan para misionaris Kristen dan melakukan perjalanan ke Jamaika untuk sebuah misi Kristenisasi. Ia dan timnya membantu orang-orang miskin di sana. Ia dan timnya dan berhasil mengkristenkan sekitar 55 ribu orang dalam sepekan.

Sepulang dari Jamaika, Lopez berdoa memohon petunjuk. Ia ingin melakukan lebih banyak pengabdian pada Tuhan. "Permintaan itu dijawab-Nya dengan memberiku seorang teman Muslim," katanya.

Ia beberapa kali mengajak teman Muslimnya ke gereja, dan berpikir bahwa temannya akan terpengaruh dan menjadi seorang Kristen sepertinya.Suatu saat, temannya mengatakan bahwa gereja adalah tempat yang bagus, namun ia menyayangkan kepercayaan jamaatnya yang mempercayai Trinitas.

"Sayangnya, temanku salah menguraikan pengertian dari Trinitas itu. Aku hanya tertawa dan meralatnya," kata Lopez. Ia sempat berpikir tentang betapa fatalnya jika ia melakukan hal yang sama. Memberikan komentar soal agama lain yang tidak dipahami dengan baik adalah sesuatu yang dinilainya sebagai ucapan yang kurang berpendidikan.

Ia pun memutuskan mempelajari hal-hal mendasar tentang Islam. Lopez mulai menemukan persamaan antara Kristen dan Islam. Itu terjadi ketika ia mengetahui bahwa ternyata Yudaisme, Kristen, dan Islam berbagi kisah dan nabi, dan bahwa ketiganya dapat diusut asal muasalnya hingga bertemu di silsilah sejarah yang sama.

"Sebenarnya, lebih banyak persamaan antara Kristen dan Islam dibanding perbedaan antara keduanya," kata Lopez.

Read more

0 Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 1)


Lopez Casanova terlahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Protestan yang sangat taat. Dalam keluarganya ada beberapa pastor, penginjil, pendeta, dan guru. Kedua orangtuanya menginginkan agar Lopez menjadi pemimpin Kristen. Karenanya, sejak kecil ia dimasukan pada sekolah Bibel.

Namun, Allah memberinya hidayah. Dalam perjalanan hidupnya Lopez akhirnya menemukan Islam. Ia pun memeluk agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai agama terakhirnya. Perjalanannya menemukan Islam berawal dari Bibel yang dipelajarnya sejak kecil.

‘’Aku bersyukur dilahirkan dalam keluarga Protestan yang relijius yang memungkinkanku mempelajari Bibel. Jika tidak, aku mungkin tidak mampu memahami pesan Islam," ujarnya.

Lopez menjadi seorang Muslimah karena kepercayaan dan keyakinannya terhadap Tuhan. ‘’Itulah yang kemudian membuatku mengakui validitas Islam sebagai agama dari Tuhan." Lalu bagaimana perjalanan spiritualnya dalam menemukan Islam?

***

Lopez tumbuh dalam keluarga yang relijius. Keluarga dari pihak ibu Lopez adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk dan senantiasa hidup dengan perasaan takut terhadap Tuhan. Sedangkan keluarga sang ayahnya adalah pemeluk Katolik Roma.

Maka jadilah Lopez sebagai seorang Kristen Protestan. Di sekolah menengah, Lopez bergaul dengan teman-teman Kristen dari sektor atau denominasi yang bermacam-macam. Ia juga berteman dengan mereka yang beragama Yahudi, juga seorang Saksi Yehuwa.

‘’Aku tak pernah menghakimi apa yang mereka yakini, dan akupun tidak memiliki ketertarikan terhadap kelompok agama manapun,’’ ujarnya.

Menurut dia, Kristen non-denominasi seperti dirinya selalu diajarkan bahwa "Jika kamu percaya Kristus, maka kamu adalah seorang umat Kristen, dan kita semua sama di mata Tuhan, apapun denominasi yang membedakan kita."

Meski ada banyak kepercayaan di sekitarnya, Lopez selalu diyakinkan bahwa hanya ada satu Tuhan. Menurut Lopez, perbedaan interpretasi dan perbedaan versi Bibel yang digunakan oleh umat Kristen membuat agama tersebut terbagi menjadi beberapa bagian.

Padahal, kata dia, menambah dan mengurangi naskah Bibel adalah dosa. Namun, selalu saja muncul sektor baru yang menciptakan versi Bibel yang baru. Untuk itu, ibunya selalu menekankan sejak ia masih kecil untuk menolak buku-buku agama, pamflet, maupun literatur Kristen dari orang lain.

"Bibel sudah cukup menjadi rujukan," katanya menirukan ucapan ibunya. Seiring perjalanan Lopez dihadapkan pada sebuah kegamangan akan agama yang dianutnya. ‘’Aku tidak mengetahui seberapa lama Bibel telah diubah dan dimodifikasi. Setiap golongan dalam Kristen selalu mengklaim bahwa golongan merekalah yang benar, sedang yang lainnya salah.”

Sebagai seorang Kristiani, Lopez mempercayai bahwa Kristen adalah kelanjutan dari Yudaisme. Sejatinya, ia tidak pernah mengenal Islam pada waktu itu. Ia pertama kali mendengar nama “Allah” dari pengajarnya di sekolah Bibel. "Orang Cina berdoa pada Buddha, dan orang Arab berdoa pada Allah." Saat itu, ia menyimpulkan bahwa Allah adalah nama sebuah berhala.

Read more

0 Michelle Ashfaq: Jatuh Cinta pada Kesederhanaan Islam


Sejak kecil Michelle Ashfaq bercita-cita menjadi seorang biarawati. Saat masih kecil, ia menghadiri sebuah kelas pelajaran agama Katolik. Dari situ, ia mendapatkan pelajaran mengenai kisah-kisah para nabi. Ia sangat tertarik, apalagi dengan kisah Nabi Isa AS.

Seiring waktu, wanita yang dibesarkan di kota kecil bersama sang kakek dan nenek di barat daya Virginia, Amerika Serikat (AS) pernah mengalami kegalauan hidup. Selain dibesarkan sebagai seorang Katolik, ia juga menghadiri gereja Baptis bersama kakek-neneknya. Ia memiliki dua tempat beribadah.

Suatu perubahan terjadi saat Michelle menginjak usia yang ke-17. Ia pergi ke gereja dan tiba-tiba ia tidak diizinkan masuk ke tempat itu. Michelle merasa bingung karena tidak diizinkan untuk masuk dan beribadah. Sementara itu, ia tak mengenal agama lain. Kehidupan beragama yang ia tahu hanyalah pergi ke gereja.

Hingga akhirnya, wanita asal New York itu mengenal Islam dari suaminya. Ia tak pernah membayangkan hidup tanpa sang suami. Hampir setahun ia bingung kemana harus beribadah setelah tidak diizinkan untuk ke gereja, padahal ia merasa sangat menyukai Gereja.

Suaminya adalah orang yang membimbingnya saat ia merasa tak tahu apa-apa soal ibadah. Sang suami dengan sabar mengajarkan Michelle akhlak Islam, bahkan ketika ia belum menjadi mualaf. ''Ia mencontohkan saya banyak hal, kemudian saya mulai membaca buku-buku Islam yang dikirim dari Pakistan oleh mertua,'' ujarnya seperti dikutip onislam.net. Sejak itu, ia mulai merasakan apa itu Islam.

Kesederhanaan Islam membuatnya tertarik untuk mulai belajar. Ia bisa membaca sebuah kitab suci dan mengerti isinya. Sangat berbeda ketika ia masih memeluk agamanya yang dulu. Ia mengungkapkan, ketika masih Katolik, ia tak memahami alkitab. ''Saya bahkan tak tahu apa yang saya baca,'' ungkapnya.

Saat itu, ia hanya mendengarkan pastor melalui ceramah. Sementara ia harus mencerna apa yang dikatakan pastor, ia memiliki banyak pertanyaan tentang iman dan nilai-nilai ketuhanan. Pertanyaan mendasar yang selalu ada dibenaknya saat masih Katolik adalah ia harus melakukan pengakuan dosa. Ia selalu bertanya untuk apa semua pengakuan itu. Baginya aneh harus mengaku dosa ke seorang pastor. Michelle muda bertanya dalam hati, ''Tidakkah ia bisa melakukan pengakuan dosa langsung kepada Tuhan?''

Pertanyaan lain yang cukup mengusiknya adalah jika umat Nasrani tidak meyakini Yesus sebagai penyelamat, bagaimana dengan nasib umat nabi Ibrahim? Bagaimana dengan orang-orang yang mengikutinya sebelum Yesus datang, padahal Ibrahim adalah nabi yang memiliki banyak pengikut. Namun, gejolak pertanyaan itu tak pernah bisa terjawab. Semua itu membuatnya frustasi.

Kesederhanaan Islam membuatnya cepat memahami Alquran dan masuk Islam. ''Saya bisa mengerti apa yang saya baca,'' ujar dia. Dari kitab suci itu, ia bisa mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan yang ada.

''Jika Anda memiliki pertanyaan ketika Anda mulai membaca Alquran dan entah bagaimana saat membuka lembaran mushafnya, semua jawabannya sudah ada.'' Ia mengungkapkan Islam adalah agama yang mengobati semua penyakit hati.

Bagi Michelle, menemukan Islam adalah sebuah perdamaian yang tak terkira. Baginya, Islam telah membuat perbedaan yang paling luar biasa dalam hidup. Ia bahkan tak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan betapa ia bersyukur bisa mendapat hidayah untuk memeluk agama yang penuh kedamaian ini.

''Hubungan saya dengan Allah SWT tak bisa digambarkan.'' Kini, setelah berproses, ia menjadi guru pertama sebuah Akademi Islam di Charlotte, Carolina Utara.

Baginya, belajar tentang Islam adalah seperti belajar bagaimana cara hidup sebagai manusia. ''Apapun pertanyaan yang dimiliki, semua sudah ada dalam Alquran dan hadis nabi. Bagaimana menghadapi masalah sehari-hari yang tidak dapat ditemukan dalam agama lain. Shalat baginya merupakan ibadah yang membuatnya tetap fokus.

''Agar dosa kita diampuni, kita harus melakukan shalat, untuk berpikir tentang orang-orang miskin kita berpuasa,'' ujarnya.

Read more

0 Mike Clercx: Mukjizat Alquran Mengantarkannya pada Islam


Jumat, 29 Juli 2011, tiga hari menjelang Ramadhan 1432 H, Mike Clercx (23 tahun) menorehkan sejarah baru dalam hidupnya. Pemuda berkebangsaan Belanda itu memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Seusai shalat Jumat, Mike yang mengenakan kopiah hitam, baju koko, dan celana berwarna putih duduk bersila di hadapan sejumlah jamaah Masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat. Di antara jamaah yang hadir adalah kerabatnya di Indonesia, sedangkan sebagian lagi jamaah yang kebetulan menunaikan shalat Jumat di masjid tersebut.

Sesaat sebelum mengucapkan dua kalimah syahadat, Mike tampak sedikit gugup. Ketika detik-detik itu tiba, dengan fasih dan lantang ia mengikrarkan dirinya sebagai pemeluk Islam. ‘’Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,’’ ucapnya.

Sejak itu, Mike resmilah menjadi seorang Muslim. Ketegangan yang sempat menghinggapinya berubah menjadi kebahagiaan. Rona kegembiraan terpancar dari wajahnya. Senyum yang mengembang di wajahnya menandakan betapa leganya perasaan Mike.

‘’Lega,’’ ujar Mike kepada wartawan Republika, Friska Yolanda yang ikut menyaksikan ikrarnya menjadi seorang Muslim. Senyum dan kebagiaan pun terpancar dari wajah-wajah jamaah yang turut menyaksikan kebulatan tekad seorang pemuda Eropa menjadi seorang Muslim. Satu per satu jamaah pun menyalami dan mengucapkan selamat kepada Mike.

***


Mike berkenalan dengan Islam sejak tiga tahun silam, saat menginjakkan kakinya di Indonesia. Awalnya, pemuda yang masih berkuliah itu sama sekali tak mengenal agama terbesar kedua di dunia itu. Menurut dia, Islam yang dikenalnya di negeri Kincir Angin sangatl berbeda dengan yang ditemuinya di Indonesia.

‘’Mereka lebih menutup diri dan dianut oleh komunitas tertentu,’’ ujar Mike. Namun, sejak kedatangannya ke Indonesia, pandangannya terhadap Islam mulai berubah. Ternyata, umat Muslim di negeri yang pernah menjadi jajahan nenek moyangnya itu justru terbuka.

Adalah keluarga Herina Fauza, sahabatnya di Indonesia, yang membuka mata Mike untuk mengenal Islam. Sambutan keluarga Herina yang ramah dan bersahabat menghapus pandangan negatif Mike terhadap Muslim yang ada dalam pikirannya.

“Mike merasa senang ketika keluarga saya menyambutnya seperti keluarga sendiri. Karena memang seperti itulah seharusnya seorang Muslim menyambut tamu mereka,“ ujar Herina.

Perlahan namun pasti, Mike mulai tertarik untuk mengenal Islam. Mahasiswa jurusan Bisnis IT itu amat tertarik ketika mendengar cerita-cerita mengenai sejarah Islam dari Herina.

Menurut Mike, sahabat yang dikenalnya dari forum diskusi di internet itu banyak bercerita tentang sejarah Islam, seperti bagaimana Siti Hajar memperoleh air di tanah kering MaKkah untuk putranya Ismail, atau tentang kisah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Kisah-kisah itu membuat rasa ingin tahu Mike terhadap Islam semakin bergelora. Diam-diam, ia mulai mencari kebenaran kisah yang diceritakan Herina. Ia melakukan banyak studi literatur untuk memperoleh kebenaran tersebut.

Mike makin dibuat penasaran, ketika Herina juga menceritakan mengenai keilmiahan Alquran. ‘’Dia bercerita bahwa dalam Alquran pun terdapat khasiat madu atau penjelasan ilmiah lainnya yang banyak baru diketahui di era modern,’’ tutur pria bertubuh jangkung itu.

Untuk membuktikannya, Mike mulai membuka-buka Alquran dan mencoba memahami terjemahannya. Hidayah Allah SWT mulai terpancar dalam hatinya. Ia merasakan kagum terhadap agama samawi ini. Namun, ketika itu dirinya tidak berani membaca Alquran lebih banyak.

‘’Saya sempat takut nanti salah interpretasi,’’ tuturnya. Penelitiannya terhadap Islam berlangsung cukup lama. Mike membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun sebelum akhirnya benar-benar yakin untuk menjadi seorang Muslim. Selain membaca literatur-literatur keislaman, Mike juga banyak berdiskusi mengenai agama Islam bersama beberapa ustaz. Semua itu dilakukannya selama berada di Indonesia.

***

Mike dikenal sebagai pria yang mandiri dan berpendirian teguh. Ketika akan masuk ke dalam sesuatu, ia harus memahami terlebih dahulu apa yang akan dijalaninya. Begitu pula dengan Islam. Ia harus benar-benar memahami Islam terlebih dahulu, sebelum menjadi bagian darinya.

Mike pun belajar berpuasa dan shalat. Untuk gerakan dan bacaan shalat. Mike belajar dari ayah Herina. Tidak ada kesulitan yang berarti ketika Mike belajar shalat. Dia juga bertemu dengan seorang ustaz di Al-Azhar untuk mengajarinya shalat. Maka setelah menjadi Muslim, kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikannya sebagai seorang Muslim tak lagi menjadi masalah.

Begitu pula dengan berpuasa. Pada tahun pertama kedatangannya ke Indonesia, Mike sempat berpuasa selama tiga hari. Ia menjalaninya dengan lancar. Tahun berikutnya, Mike kembali ikut berpuasa, meskipun belum benar-benar memeluk Islam. Kali itu, ia berhasil menamatkan puasanya sebulan penuh.

Saat itu, Mike sedang menjalani intensif di dalam satu non government organisation (NGO) yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup selama enam bulan. Kebetulan, ketika itu masuk bulan Ramadhan. Atasinisiatif sendiri, ia pun ikut berpuasa.

“Dia ikut bangun ketika sahur dan makan di warung sederhana di dekat kostnya,“ tutur Herina. Maka Ramadhan pertama Mike sebagai seorang Muslim pada tahun ini bukanlah hal yang berat, karena ia sudah mengalami dua kali Ramadhan. Bahkan, ia pernah menamatkan puasa satu bulan penuh.

Paling-paling, Mike hanya sedikit mengeluhkan rasa capek yang dirasakan ketika berpuasa sambil bekerja. Jauh sebelum menjadi Muslim, Mike sudah mencoba dan mengetahui apa saja kewajiban seorang Muslim. Ia mengaku tidak ingin ketika menjadi seorang Muslim tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Mike tidak ingin setengah-setengah dalam menjalankan sesuatu. Ia tak ingin menjadi Muslim yang setengah-setengah. Pemuda itu ingin menjadi Muslim seutuhnya. Lalu bagaimana Mike memutuskan menjadi seorang Muslim?

‘’Keinginan itu muncul beberapa bulan lalu,’’ kata Mike. Hatinya merasa yakin dengan kebenaran ajaran Islam. Tidak ada lagi keraguan dalam diri Mike terhadap Islam. Dan tiga hari sebelum Ramadhan, ia pun mengucapkan syahadat. Dua pekan pertamanya sebagai seorang Muslim ia habiskan di Indonesia.

Setelah itu, Mike harus kembali ke Belanda untuk menyelesaikan kuliahnya di Universitas Avans, Belanda. Lalu bagaimana tanggapan orangtua Mike di Belanda? Mike mengaku tidak pernah secara langsung mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang Muslim kepada keluarganya.

Sejak masuk Islam, Mike banyak berubah. ‘’Saya tidak lagi merokok, dan memakan babi,’’ paparnya. Orangtua pun menerima keputusan Mike untuk memeluk Islam. Kini, sang ibu mulai memisahkan hidangan untuk Mike yang tidak lagi mengonsumsi babi. ‘’Mereka akan mengerti,’’ ucap Mike sembari tersenyum.

Read more

0 Tagatat Tejasen: Ilmuwan yang 'Islamkan' Lima Mahasiswa Sebelum Menjadi Muslim


''Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'' (QS. An-Nisa: 56)

Bagi sebagian besar umat Islam, ayat di atas terdengar seperti ayat-ayat serupa dalam Alquran yang menjelaskan pedihnya siksa neraka bagi orang-orang yang tidak beriman. Namun tidak demikian bagi Tagatat Tejasen, seorang ilmuwan Thailand di bidang anatomi. Baginya, ayat itu adalah sebuah keajaiban.


***

Konferensi Kedokteran Saudi ke-6 di Jeddah yang diikuti Tejasen pada Maret 1981 menjadi awal kisah pertemuannya dengan keajaiban itu. Dalam konferensi yang berlangsung selama lima hari itu, sejumlah ilmuan Muslim menyodori Tejasen beberapa ayat Alquran yang berhubungan dengan anatomi.

Tejasen yang beragama Buddha kemudian mengatakan bahwa agamanya juga memiliki bukti-bukti serupa yang secara akurat menjelaskan tahap-tahap perkembangan embrio. Para ilmuan Muslim yang tertarik mempelajarinya meminta profesor asal Thailand itu untuk menunjukkan ayat-ayat tersebut pada mereka.

Setahun kemudian, Mei 1982, Tejasen menghadiri konferensi kedokteran yang sama di Dammam, Arab Saudi. Saat ditanya tentang ayat-ayat anatomi yang pernah dijanjikannya, Tejasen justru meminta maaf dan mengatakan bahwa ia telah menyampaikan pernyataan tersebut sebelum mempelajarinya. Ia telah memeriksa kitabnya, dan memastikan bahwa tidak ada referensi darinya yang dapat dijadikan bahan penelitian.

Ia kemudian menerima saran para ilmuan Muslim untuk membaca sebuah makalah penelitian karya Keith Moore, seorang profesor bidang anatomi asal Kanada. Makalah itu berbicara tentang kecocokan antara embriologi modern dengan apa yang disebutkan dalam Alquran.

Tejasen tercengang saat membacanya. Sebagai ilmuwan di bidang anatomi, ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit). Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri dari tiga lapisan global, yakni Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan yang terakhirlah, Sub Cutis, terdapat ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf.

Penemuan modern di bidang anatomi menunjukkan bahwa luka bakar yang terlalu dalam akan mematikan syaraf-syaraf yang mengatur sensasi. Saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus Sub Cutis), seseorang tidak akan merasakan nyeri. Hal itu disebabkan tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent pengatur sensasi yang rusak oleh luka bakar tersebut.

Makalah itu tidak saja menunjukkan keberhasilan teknologi kedokteran dan perkembangan ilmu anatomi, namun juga membuktikan kebenaran Alquran. Ayat 56 surah An-Nisa’ mengatakan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka, dan mengganti kulit mereka dengan kulit yang baru setiap kali kulit itu hangus terbakar, agar mereka merasakan pedihnya azab Allah.

Jantung Tejasen berdebar. “Bagaimana mungkin Alquran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah mengetahui fakta kedokteran ini?”

***

Sebelum berhasil mengatasi keterkejutannya, Tejasen disodori pertanyaan oleh para ilmuan Muslim yang mendampinginya, “Mungkinkah ayat Alquran ini bersumber dari manusia?”

Ketua Jurusan Anatomi Universitas Chiang Mai Thailand itu sontak menjawab, “Tidak, kitab itu tidak mungkin berasal dari manusia. Ia kemudian termangu dan melanjutkan responsnya, “Lalu dari mana kiranya Muhammad menerimanya?”

Mereka memberitahu Tejasen bahwa Tuhan itu adalah Allah, yang membuat Tejasen semakin ingin tahu. “Lalu, siapakah Allah itu?” tanyanya.

Dari para ilmuan Muslim tersebut, Tejasen mendapatkan keterangan tentang Allah, Sang Pencipta yang dari-Nya bersumber segala kebenaran dan kesempurnaan. Dan Tejasen tak membantah semua jawaban yang diterimanya. Ia membenarkannya.

Profesor yang pernah menjadi dekan Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai lalu itu kembali ke negaranya, tempat ia menyampaikan sejumlah kuliah tentang pengetahuan dan penemuan barunya itu. Informasi yang dikutip oleh laman special.worlofislam.info menyebutkan bahwa kuliah-kuliah profesor yang masih beragama Buddha itu, di luar dugaan, telah mengislamkan lima mahasiswanya.

Hingga akhirnya, pada Konferensi Kedokteran Saudi ke-8 yang diselenggarakan di Riyadh, Tejasen kembali hadir dan mengikuti serangkaian pidato tentang bukti-bukti Qurani yang berhubungan dengan ilmu medis. Dalam konferensi yang berlangsung selama lima hari itu, Tejasen banyak mendiskusikan dalil-dalil tersebut bersama para sarjana Muslim dan non-Muslim.

Di akhir konferensi, 3 November 1983, Tejasen maju dan berdiri di podium. Di hadapan seluruh peserta konferensi, ia menceritakan awal ketertarikannya pada Alquran, juga kekagumannya pada makalah Keith Moore yang membuatnya meyakini kebenaran Islam.

“Segala yang terekam dalam Alquran 1.400 tahun yang lalu pastilah kebenaran, yang bisa dibuktikan oleh sains. Nabi Muhammad yang tidak bisa membaca dan menulis pastilah menerimanya sebagai cahaya yang diwahyukan oleh Yang Maha Pencipta,” katanya. Tejasen lalu menutup pidatonya dengan mengucap dua kalimat syahadat.

Read more
 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More