• slide nav 1

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 1)

    Lopez Casanova terlahir dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Protestan yang sangat taat ...
  • slide nav 2

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 2)

    Kuliah di jurusan Bisnis Internasional membuat Lopez merasa perlu menguasai bahasa asing ...
  • slide nav 3

    Lopez Casanova: Bibel Mengantarnya kepada Kebenaran Islam (Bag 3)

    Suatu hari, ia kagum dengan teman Muslimnya yang tidak malu berdoa dan shalat di tempat umum...
  • slide nav 4

    Michelle Ashfaq: Jatuh Cinta pada Kesederhanaan Islam

    Sejak kecil Michelle Ashfaq bercita-cita menjadi seorang biarawati. Saat masih kecil, ia menghadiri sebuah kelas pelajaran agama Katolik ...
  • slide nav 5

    Mike Clercx: Mukjizat Alquran Mengantarkannya pada Islam

    Jumat, 29 Juli 2011, tiga hari menjelang Ramadhan 1432 H, Mike Clercx (23 tahun) menorehkan sejarah baru dalam hidupnya. Pemuda berkebangsaan Belanda itu memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. ...
  • slide nav 6

    Tagatat Tejasen: Ilmuwan yang 'Islamkan' Lima Mahasiswa Sebelum Menjadi Muslim

    Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ...

Welcome to Kabarkabri.net

Welcome to Kabarkabri.net

Delete this element to display blogger navbar

Cerita di Balik Produksi Apple China

Diposting oleh hpjadul di 07.34

Di balik popularitas Apple sebagai produsen gadget yang paling banyak diincar, rupanya tersimpan cerita yang bisa membuat orang terbelalak.

Konon, ratusan ribu pekerja yang merakit produk Apple di pabriknya di Chengdu, China, justru diperlakukan dengan kurang manusiawi oleh para pemasok dan hidup mereka kerap terancam bahaya.

Bagaimana tidak, mereka harus bekerja selama sepekan penuh tanpa mendapat libur walaupun hanya sehari. Mereka juga harus berdesakan di asrama dan diharuskan berdiri sepanjang hari sampai kaki mereka membengkak. Bahkan, mereka kerap mengalami kesulitan berjalan setelah bekerja dalam shift 24 jam.

Daily Mail Jumat 27 Januari 2012 memberitakan, di depan pintu masuk pabrik Apple bahkan terpampang spanduk bertuliskan 'Bekerja keras lah di pekerjaan Anda hari ini atau bekerja keras lah mencari pekerjaan besok'. Pekerja yang datang terlambat sering disuruh menulis surat pengakuan.

Tak hanya itu. Pernah ada kasus ledakan bahan kimia berbahaya yang biasa digunakan membersihkan layar iPhone yang melukai 140 orang. Sempat pula ada dua ledakan yang melukai lebih dari 75 orang dan menewaskan empat orang.

"Kalau Apple sudah diperingatkan tentang ini, namun tidak mengambil tindakan, itu berbahaya. Namun, yang paling menjijikkan adalah menyetujui adanya praktik kerja semacam ini dan mengambil keuntungan darinya," kata pakar keselamatan kerja Nicholas Asford.

Apple diduga sudah mengetahui masalah lingkungan kerja yang buruk itu sebelum terjadi ledakan. Hal ini diperkuat klaim seorang mantan eksekutif Apple. "Kami sudah mengetahui kondisi para pekerja di beberapa pabrik selama empat tahun, dan hal itu masih terus berlangsung karena sistem itulah yang paling cocok untuk kami," klaimnya.

Sementara itu, eksekutif Apple lainnya mengklaim telah berusaha meningkatkan kinerja dengan menerbitkan acuan tentang keselamatan dan pekerja bagi para pemasok. Namun, masalah masih tetap saja bermunculan.

Berita tentang kenyataan para pekerja yang mencengangkan ini muncul setelah Apple mengumumkan peningkatan keuntungannya sebesar US$13 miliar dari penjualan US$46 miliar di kuartal terakhir.

Sejak 2007, lebih dari separuh pemasok yang diaudit Apple diketahui sudah melanggar setidaknya satu poin dalam acuan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan sudah dinyatakan melanggar hukum.

Di salah satu pabrik Foxconn yang merupakan mitra manufaktur Apple, seorang karyawan pernah menjatuhkan diri dari ketinggian saat kehilangan sebuah prototipe Apple pada 2009, dan 18 orang lain mencoba melakukan hal yang sama. Sejak saat itu, kantor menyediakan jasa perawatan mental, dan dipasang jaring untuk mencegah hal yang sama terulang.

Sebenarnya tidak semua fasilitas Apple seburuk yang ditemui di Chengdu. Faktanya, banyak dilengkapi fasilitas seperti bioskop, rumah sakit, bahkan kolam renang. Namun, fasilitas ini rupanya berbanding terbalik dengan semangat para pekerjanya.

Pihak Apple yang sempat mengunjungi salah satu pabrik mereka di Shenzhen, China, pada 2006, mengaku terkejut dengan kenyataan yang ada. "Kami sudah berusaha sangat keras untuk membuat segalanya lebih baik. Namun, orang-orang pasti akan sangat terganggu saat mengetahui darimana iPhone mereka berasal," kata salah satu petinggi

Sumber : vivanews

0 komentar :

Posting Komentar

 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More